PERKEMBANGAN ISLAM PADA
ABAD MODERN
TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN
ISLAM
Diajukan untuk salah satu tugas akhir mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan Guru pembimbing Ahmad Setiadi M.Mpd
Disususn oleh Kelompok 4
Nama : Ai Siti Syarifah
Atinah
Bella Anita M
Dila
Arsela
Ismia Agustin
M. Redzka A.P
Noverly Karunia
Saepudin
Windi Perhana
Kelas : XI-IPA 1
Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Ciranjang
(SMAN 1 CIRANJANG)
2011
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. bahwa penulis telah menyelesaikan
tugas karya ilmiah pelajaran Pendididkan Agama Islam dengan membahas
tokoh-tokoh Cendekiawan Islam
Dalam
penyusunan karya ilmiah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penilis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan orang tua. Sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapakan terima kasih kepada Bapak
Guru bidang Study pelajaran Agama Islam yang telah memberikan tugas, petunjuk,
kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
Semoga
Karya ilmiah ini dapat bermamfaat khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapakn dapat tercapai Amin
Ciranjang,
16 Mei 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar……………………………………………………………………. i
Daftar
isi…………………………………………………… ……………………ii
A. TOKOH-TOKOH
CENDEKIAWAN ISLAM
- Muhammad Bin Abdul Wahhab……………………………………..…....…1
- Ibnu Sina………………………………………………………………..….3
- Jamaluddin Al-Afghani………….....………………………………………..6
- Muhammad Bin Musa Al-Khawarizmi…………………………………........9
- Ibnu Rusyd……………………………..……………………………….....10
- Muhammad Abduh……………………...………………………………....11
Hasan Al-Banna……………………………………………………….....12
8.
Sayyid Ahmad
Khan……………………………………………..............17
9.
Ahmad Bin Hanbal…………..…………………………………………...18
10.
Al-Farabi………………………………………………………..…..……19
11.
Al-Ghazali………………………………………………………………..21
12. An-Nawawi………………………………………………………………23
13.
Ibnu Taimiyah………………………………………………………........25
14.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah………………………………………............28
15.
Ibnu KhalduN…………………………………………………………….31
B. DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………..34
TOKOH-TOKOH
CENDEKIAWAN ISLAM
1.
MUHAMMAD
BIN ABDUL WAHHAB
Lahir di nejad(Arab
Saudi)pada tahun 1115 H(1703 M) dan wafat di Daryah tahun 1206 H(1793M).Nama Lengkapnya adalah Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb bin Sulaiman bin Ali
bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif
at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.Dia adalah seorang ahli teologi agama Islam dan seorang tokoh pemimpin gerakan
keagamaan yang pernah menjabat sebagai mufti Daulah
Su'udiyyah, yang kemudian berubah
menjadi Kerajaan Arab Saudi.Dia juga merupakan seorang ulama besar
yang produktif,karena buku-buku karangannya tentang islam mencapai puluhan
buku,diantaranya buku yang berjudul”Kitab At-Tauhid”yang isinya tentang
pemberantasan syirik,khurafat,takhayul,dan bid’ah yang terdapat di kalangan
umat Islam dan mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang
murni.
Muhammad
bin ʿAbd al-Wahhāb, adalah seorang ulama berusaha membangkitkan kembali
pergerakan perjuangan Islam secara murni. Para pendukung pergerakan ini
sesungguhnya menolak disebut Wahabbi, karena pada dasarnya ajaran Ibnu
Wahhab menurut mereka adalah ajaran Nabi Muhammad, bukan ajaran tersendiri.
Karenanya mereka lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai Salafis atau
Muwahhidun, yang berarti "satu Tuhan".
Istilah
Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-usul dan
kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya terkeliru dengan mereka
kerana mereka mendakwa mazhab mereka menuruti pemikiran Ahmad ibn Hanbal dan
alirannya, al-Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang merupakan salah sebuah mazhab
dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Ia tumbuh dan dibesarkan dalam kalangan
keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang tokoh agama di lingkungannya.
Sedangkan abangnya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di mana masyarakat Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan
dengan agama.
Dia menempuh berbagai
macam cara, dalam menyampaikan dakwahnya, sesuai
dengan keadaan masyarakat yang dihadapinya. Di samping berdakwah melalui lisan,
beliau juga tidak mengabaikan dakwah secara pena dan pada saatnya juga jika perlu
beliau berdakwah dengan besi (pedang).
Maka
Syeikh mengirimkan suratnya kepada ulama-ulama Riyadh dan para umaranya, salah
satunya adalah Dahham bin
Dawwas. Surat-surat itu
dikirimkannya juga kepada para ulama dan penguasa-penguasa. Ia terus mengirimkan
surat-surat dakwahnya itu ke seluruh penjuru Arab, baik yang dekat ataupun
jauh. Di dalam surat-surat itu, beliau menjelaskan tentang bahaya syirik yang mengancam negeri-negeri Islam di
seluruh dunia, juga bahaya bid’ah, khurafat dan takhayul.
Berkat
hubungan surat menyurat Syeikh terhadap para ulama dan umara dalam dan luar
negeri, telah menambahkan kemasyhuran nama Syeikh sehingga beliau disegani di
antara kawan dan lawannya, hingga jangkauan dakwahnya semakin jauh berkumandang
di luar negeri, dan tidak kecil pengaruhnya di kalangan para ulama dan pemikir
Islam di seluruh dunia, seperti di Hindia, Indonesia, Pakistan, Afganistan,Afrika Utara, Maghribi, Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain lagi.
Muhammad
bin `Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun lebih di Dar’iyah.
Keseluruhan hidupnya diisi dengan kegiatan menulis, mengajar, berdakwah dan
berjihad serta mengabdi sebagai menteri penerangan Kerajaan Saudi di Tanah
Arab. Muhammad bin Abdulwahab berdakwah sampai usia 92 tahun, beliau wafat pada
tanggal 29 Syawal 1206 H, bersamaan dengan tahun 1793 M, dalam usia 92 tahun.
2.
IBNU
SINA
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan
juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan).
Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah
tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah "Bapak
Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan
bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat
terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran
selama berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh
bin Sīnā. Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnahdaerah dekat Bukhara,
sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan
meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok
bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran.
Dia dianggap oleh banyak orang sebagai "bapak kedokteran modern." George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan
paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal
pada semua bidang, tempat, dan waktu." pekerjaannya yang paling terkenal
adalah The Book of Healing dan The Canon of
Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H)
/ 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia).
Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat
kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang
wilayah Afganistan (dan juga Persia). Dia menginginkan
putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu
Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang
mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan
kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman di antara para tetangganya;
dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa
kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang
ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika,
dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh
suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles.
Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi,
dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang
membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu
pergi ke masjid, dan
terus salat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada larut
malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan
kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan
mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles,
sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal,
sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di
suatu kedai buku seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah
kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya
misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan
memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar
teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui
perhitungannya sendiri, menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini
memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan
bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika,
sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik
dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai."
Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak
pasien tanpa meminta bayaran.
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari
suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal
tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung
pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama
kemudian, musuh - musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan
tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina
membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk
menulis beberapa karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak
pemberian Mahmud of Ghazni, dan
menuju kearah Barat
ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier,
dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi
gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain
melalui distrik Nishapur dan Merv ke
perbatasan Khorasan,
mencari suatu opening untuk bakat - bakatnya. Shams al-Ma'äli Qäbtis,
sang dermawan pengatur Dailam, seorang penyair
dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung,
dimana sekitar tahun (1052)
meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat
itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina
bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya
sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi.
Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan
permulaan dari bukuCanon of Medicine juga
dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania.Bukunya yang
lain: Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi
tentang berbagai macam ilmu pengetahuan) Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid
berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)&An-Najat
3.
JAMALUDDIN
AL-AFGHANI
Nama
panjang beliau adalah Muhammad Jamaluddin Al Afghani, dilahirkan di Asadabad, Afghanistan pada tahun 1254 H/1838 M. Ayahanda
beliau bernama Sayyid Safdar al-Husainiyyah, yang nasabnya bertemu
dengan Sayyid Ali al-Turmudzi (seorang perawi hadits yang masyhur yang telah lama bermigrasi ke Kabul)
juga dengan nasab Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib
Pada
usia 8 tahun Al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa, beliau tekun mempelajari bahasa Arab,
sejarah, matematika, filsafat, fiqih dan ilmu keislaman lainnya. Dan pada usia 18 tahun ia telah
menguasai hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan meliputi filsafat, hukum,
sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan metafisika. Al-Afghani segera
dikenal sebagai profil jenius yang penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan bak
ensiklopedia.
Setelah
membekali dirinya dengan seluruh cabang ilmu pengetahuan di Timur dan Barat
(terutama Paris, Perancis), Al-Afghani mempersiapkan misinya membangkitkan
Islam. Pertama-tama ia masuk ke India, negara yang sedang melintasi periode
yang kritis dalam sejarahnya. Kebencian kepada kolonialisme yang telah membara
dalam dadanya makin berkecamuk ketika Afghani menyaksikan India yang berada
dalam tekanan Inggris. Perlawanan terjadi di seluruh India. Afghani turut ambil
bagian dari periode yang genting ini, dengan bergabung dalam peperangan
kemerdekaan India pada bulan Mei 1857. Namun, Afghani masih sempat pergi ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Sepulang dari haji, Afghani pergi ke Kabul. Di kota ini ia
disambut oleh penguasa Afghanistan, Dost Muhammad, yang kemudian
menganugerahinya posisi penting dalam pemerintahannya. Saat itu, Dost Muhammad
sedang mempertahankan kekuasaannya dengan memanfaatkan kaum cendekiawan yang
didukung rakyat Afghanistan. Sayang, ketika akhirnya Dost terbunuh dan
takhtanya jatuh ke tangan Sher Ali, Afghani diusir dari Kabul.
Meninggalkan Kabul, Afghani berkelana ke Hijjaz untuk
melakukan ziarah. Rupanya, efek pengusiran oleh Sher Ali berdampak bagi
perjalanan Afghani. Ia tidak diperbolehkan melewati jalur Hijjaz melalui
Persia. Ia harus lebih dulu masuk ke India. Pada tahun 1869 Afghani masuk ke
India untuk yang kedua kalinya. Ia disambut baik oleh pemerintah India, tetapi
tidak diizinkan untuk bertemu dengan para pemimpin India berpengaruh yang
berperan dalam revolusi India. Khawatir pengaruh Afghani akan menyebabkan
pergolakan rakyat melawan pemerintah kolonial, pemerintah India mengusir
Afghani dengan cara mengirimnya ke Terusan Suez yang sedang bergolak.
Di Mesir Afghani melakukan kontak dengan mahasiswa Al-Azhar
yang terkagum-kagum dengan wawasan dan ide-idenya. Salah seorang mahasiswa yang
kemudian menjadi murid Afghani adalah Muhammad Abduh. Dari Mesir, Afghani pergi
ke Istanbul untuk berdakwah. Di ibu kota Turki ini Afghani mendapat sambutan
yang luar biasa. Ketika memberi ceramah di Universitas Konstantinopel, salah
seorang ulama setempat, Syaikhul Islam, merasa tersaingi. Ia segera menghasut
pemerintah Turki untuk mewaspadai gagasan-gagasan Afghani. Buntutnya, Afghani
didepak keluar dari Turki. Pada tahun 1871.
Afghani menjejakkan kakinya di Kairo untuk yang kedua
kalinya. Di Mesir Afghani melanjutkan dakwahnya yang pernah terputus dan segera
mempengaruhi para mahasiswa dan ulama Al-Azhar. Tetapi, pemberontakan kaum
nasionalis Mesir pada tahun 1882 berujung pada tindakan deportasi oleh
pemerintah Mesir yang mencurigai Afghani ada di belakang pemberontakan.
Afghani dideportasi ke India, tetapi tak lama ia sudah
berada dalam perjalanan ke London, kota yang pernah disinggahinya ketika ia
berdakwah ke Paris. Di London ia bertemu dengan Muhammad Abduh, muridnya yang
ternyata juga dikucilkan oleh pemerintah Mesir.
Dari London, Afghani bertualang ke Moskow. Ia tinggal selama
empat tahun di St. Petersburgh. Di sini pengaruh Afghani segera menjalar ke
lingkungan intelektual yang dipercaya oleh Tsar Rusia. Salah satu hasil dakwah
Afghani kepada mereka adalah keluarnya izin pencetakan Al-Quran ke dalam bahasa
Rusia.
Afghani menghabiskan sisa umurnya dengan bertualang keliling
Eropa untuk berdakwah. Bapak pembaharu Islam ini memang tak memiliki rintangan
bahasa karena ia menguasai enam bahasa dunia (Arab, Inggris, Perancis, Turki,
Persia, dan Rusia).
Afghani menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kanker
yang dideritanya sejak tahun 1896. Beliau pulang keharibaan Allah pada tanggal
9 Maret 1897 di Istambul Turki dan dikubur di sana. Jasadnya dipindahkan ke
Afghanistan pada tahun 1944. Ustad Abu Rayyah dalam bukunya “Al-Afghani;
Sejarah, Risalah dan Prinsip-prinsipnya”, menyatakan, bahwa Al-Afghani
meninggal akibat diracun dan ada pendapat kedua yang menyatakan bahwa ada
rencana Sultan untuk membinasakannya
Ide-ide pembaruannya
yaitu:
1.
Mengembalikan kejayaan Islam.
2.
Pemerintah yang otokrasi dan absolute
harus digantii dengan
pemerintahan
yang demokratis.
3.
Kepala Negara harus tunduk kepada
undang-undang.
4.
Tidak ada pemisahan antara Negara dengan
poliik.
5.
Pan Islamisme atau rasa persaudaraan/solidaritas
antar umat Islam
harus
ditingkatkan kembali.
4.
MUHAMMAD
BIN MUSA AL-KHAWARIZMI
Adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang
berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun780 di
Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di
Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah
Kehormatan di BaghdadBuku
pertamanya, al-Jabar, adalah buku
pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat.
Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latindari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian
diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12.
Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan
tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika,
tapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam
matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku
beliau. Kata logarisme danlogaritma diambil dari kata Algorismi,
Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.
Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar,trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan
logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan
notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil
dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr
wa'l-muqabala atau: "Buku
Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku
pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
5. IBNU RUSYD
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 - Marrakesh, Maroko, 10 Desember 1198),adalah seorang filsuf dariSpanyol (Andalusia). Ayah
dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil
sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia
mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat.
Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia
dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk
mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu
Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di
abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi
Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran
dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua
karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi)
sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd
seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu
Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya
6.
MUHAMMAD
ABDUH
Muhammad Abduh
adalah seorang pemikir
muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan
modernisme Islam. Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamal al-Din
al-Afghani, seorang filsuf dan
pembaharu yang mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di
negara-negara Asia dan Afrika.
Muhammad Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun
pada 1882, karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Libanon, Abduh sempat giat dalam mengembangkan
sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan
jurnal Islam The Firmest Bond.
Di antara karya tulis beliau yang terkenal adalah:
1.
Tafsir Juz Amma
2.
Tafsir Al-Qur an Hakim, yang
diteruskan olehmuridnya,
3.
Risalah At Tauhid
4.
Banyak memberi tambahan dalam
kitab-kitab, salah satunya
7.
HASAN
AL-BANNA
Hassan al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir. Pada usia 12 tahun,
Hasan al-Banna telah menghafal al-Qur'an.
Ia adalah seorang mujahid dakwah, peletak dasar-dasar gerakan Islam sekaligus
sebagai pendiri dan pimpinan Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslimin).
Ia memperjuangkan Islam menurut Al-Quran dan Sunnah hingga
dibunuh oleh penembak misterius yang oleh banyak kalangan diyakini sebagai
penembak 'titipan' pemerintah pada 12 Februari 1949 di Kairo.
Kepergian Hassan al-Banna pun menjadi duka berkepanjangan
bagi umat Islam. Ia mewariskan 2 karya monumentalnya, yaitu Catatan
Harian Dakwah dan Da'i serta Kumpulan
Surat-surat. Selain itu Hasan al-Banna mewariskan semangat dan teladan
dakwah bagi seluruh aktivis dakwah saat ini.
Selain itu ia juga dikenal akan cara berdakwahnya yang sangat
tidak biasa. Ia terkenal sangat tawadlu dikarenakan ia sering berdakwah di
warung-warung kopi tempat oarang-orang yang berpengetahuan rendah berkumpul
untuk minum-minum kopi sehabis lelah bekerja seharian. Dan ternyata cara
tersebut memang lebih efektif dilakukan dalam berdakwah
Hassan al-Banna yang lahir pada 14 Oktober 1906 di
Mahmudiyya, Mesir (utara-barat dari Kairo). adalah seorang guru dan seorang
reformis Mesir sosial dan politik Islam, yang terkenal karena mendirikan
Ikhwanul Muslimin, salah satu dari abad ke-20 terbesar dan paling berpengaruh
organisasi Islam revivalis. Kepemimpinan Al-Banna adalah penting bagi pertumbuhan
persaudaraan selama tahun 1930-an dan 1940-an. Ketika Hassan al-Banna berusia
dua belas tahun, ia mulai terbiasa mendislipinkan kegiatannya menjadi
empat.siang hari di pergunakanya untuk menuntut ilmu di sekolah.kemudian
belajar membuat dan membetulkan jam dengan orang tua nya hingga sore.waktu sore
hingga menjelang tidur ia gunakan untu mengulang kembali pelajaran
sekolah.sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan al-qur'anialakukan seusi
shalat subuh.jadi tidak mengherankan bila hassan al-banna mencetak
prestasi-prestasi gemilang di kemudian hari.pada usia 14 hassan al-banna telah
menghafal seluruh al-qur'an.hassan al-banna lulus dari sekolah nya dengan
predikat terbaik dan nomor lima terbaik di seluruh mesir.pada usia 16 tahun,ia
telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi darul ulum.demikianlah sederet
prestasi hassan kecil. Ayahnya, Syaikh Ahmad al-Banna, adalah seorang imam
lokal dihormati (pemimpin doa) dan guru masjid dari ritus Hanbali. Ia belajar
di Al-Azhar University (Lia 24, 1998). Dia menulis dan berkolaborasi pada
buku-buku tentang tradisi Islam, dan juga memiliki toko di mana ia memperbaiki
jam tangan dan dijual gramophones. Meskipun Syaikh Ahmad al Banna dan istrinya
beberapa properti yang dimiliki, mereka tidak kaya dan berjuang untuk memenuhi
kebutuhan, khususnya setelah mereka pindah ke Kairo pada tahun 1924. Seperti
banyak orang lain, mereka menemukan bahwa belajar Islam dan kesalehan tidak
lagi sebagai sangat dihargai di ibukota(akibat paham sekular yang begitu kuat
saat itu,paham itu dibawa oleh kolonial inggris untuk merobohkan semangat kaum
muslimin), dan bahwa keahlian tidak bisa bersaing dengan industri berskala
besar. berdirinya organisasi ikhwaul muslimin bertepatan dengan tanggal
20/maret/1928.bersama keenam temannya,hassan al-banna mendirikan organisasi
ini(ikhwanul muslimin) di kota ismailiyah.
Pertumbuhan masyarakat terutama diucapkan setelah Al-Banna
dipindahkan kantor pusatnya ke Kairo pada tahun 1932. Faktor paling penting
yang membuat ekspansi ini dramatis mungkin adalah kepemimpinan organisasi dan
ideologis yang disediakan oleh Al-Banna. Dalam Ismailia, di samping kelas hari,
dia melakukan niatnya memberi kuliah malam kepada orangtua muridnya. Dia juga
berkhotbah di masjid, dan bahkan di warung kopi. Pada awalnya, beberapa
pandangannya tentang poin yang relatif kecil dari praktik Islam menyebabkan
perbedaan pendapat yang kuat dengan elit agama setempat, dan ia mengadopsi
kebijakan menghindari kontroversi agama. Dia terkejut oleh banyak tanda-tanda
mencolok dominasi militer dan ekonomi asing di Isma'iliyya: kamp-kamp militer
Inggris, bidang pelayanan umum yang dimiliki oleh kepentingan asing, dan tempat
tinggal mewah dari karyawan asing dari Terusan Suez Perusahaan, sebelah jorok
tempat tinggal dari pekerja Mesir.
Dia berusaha untuk membawa perubahan, dia berharap untuk
melalui lembaga-gedung, aktivisme tanpa henti di tingkat akar rumput, dan
bergantung pada komunikasi massa.Dia melanjutkan untuk membangun sebuah gerakan
massa yang kompleks yang menampilkan struktur pemerintahan canggih; bagian yang
bertanggung jawab untuk melanjutkan nilai-nilai masyarakat di kalangan petani,
buruh, dan profesional; unit dipercayakan dengan fungsi-fungsi kunci, termasuk
propagasi pesan, penghubung dengan dunia Islam, dan tekan dan terjemahan, dan
komite khusus untuk urusan keuangan dan hukum.
Dalam penahan ini organisasi ke dalam masyarakat Mesir,
Al-Banna mengandalkan jaringan sosial yang sudah ada (ikhanul muslimin),
khususnya yang dibangun di sekitar masjid, asosiasi kesejahteraan Islam, dan
kelompok-kelompok lingkungan. Tenun ini ikatan tradisional menjadi struktur
khas modern pada akar kesuksesannya. Langsung terpasang bagi persaudaraan, dan
makan ekspansi, dilakukan berbagai usaha, klinik, dan sekolah. Selain itu,
anggota yang berafiliasi dengan gerakan melalui serangkaian sel, usar
revealingly disebut families tunggal: usrah. Materi, dukungan sosial dan
psikologis yang diberikan instrumental sehingga kemampuan gerakan untuk
menghasilkan loyalitas yang sangat besar di antara para anggotanya dan untuk
menarik anggota baru. Layanan dan struktur organisasi masyarakat sekitar yang
dibangun tersebut dimaksudkan untuk memungkinkan individu untuk berintegrasi ke
dalam pengaturan jelas Islam, prinsip-prinsip sendiri dibentuk oleh masyarakat.
Berakar dalam Islam, pesan Al-Banna ditangani masalah
termasuk kolonialisme, kesehatan masyarakat, kebijakan pendidikan, manajemen
sumber daya alam, Marxisme, kesenjangan sosial, nasionalisme Arab, kelemahan
dunia Islam di kancah internasional, dan konflik yang berkembang di Palestina.
Dengan menekankan keprihatinan yang menarik berbagai konstituen, Al-Banna mampu
merekrut dari antara bagian-lintas masyarakat Mesir - meskipun pegawai negeri
modern-berpendidikan, karyawan kantor, dan profesional tetap dominan di
kalangan aktivis organisasi dan pengambil keputusan. Al-Banna juga aktif dalam
menentang imperialisme Inggris di Mesir. Selama Perang Dunia II, ia sempat
ditangkap oleh pemerintah pro-Inggris, yang melihatnya sebagai subversif.
Antara 1948 dan 1949, tidak lama setelah masyarakat mengirim
relawan untuk bertempur dalam perang di Palestina, konflik antara monarki dan
masyarakat mencapai puncaknya. Prihatin dengan meningkatnya ketegasan dan
popularitas persaudaraan, serta dengan desas-desus bahwa itu merencanakan
kudeta, Perdana Menteri Mahmoud sebuah-Nukrashi Pasha bubar itu pada bulan
Desember 1948. Aktifis organisasi yang ditangkap dan puluhan anggotanya yang
dikirim ke penjara. Kurang dari tiga minggu kemudian, perdana menteri dibunuh
oleh seorang anggota persaudaraan, Abdul Majid Hasan Ahmad.
Setelah pembunuhan itu, Al-Banna segera mengeluarkan
pernyataan mengutuk pembunuhan itu, yang menyatakan teror yang bukan cara yang
bisa diterima dalam Islam. Hal ini pada gilirannya mendorong pembunuhan Al-Banna.
Pada tanggal 12 Februari 1949 di Kairo, Al-Banna di kantor pusat Jamiyyah
al-Shubban al-Muslimin dengan saudaranya iparnya Abdul Karim Mansur untuk
bernegosiasi dengan Menteri Zaki Ali Basha yang mewakili pihak pemerintah.
Menteri Zaki Ali Basha tidak pernah tiba. 5 jam malam Al-Banna dan saudaranya
iparnya memutuskan untuk pergi. pembunuhan itu terjadi ketika Al-Banna dan
saudaranya sedang menunggu taksi.
Saat mereka berdiri menunggu taksi, mereka ditembak oleh dua
orang. Al-Banna terkena tujuh tembakan. Laterwards, dia dibawa ke rumah sakit
dan mereka telah menerima perintah dari monarki untuk tidak memberinya
perawatan di mana ia meninggal kematian lambat dari luka-luka, Hassan Al-Banna
menyadari bahwa mereka telah diperintahkan untuk tidak memperlakukan dia dan
dia membuat 3 doa terhadap Monarki. Hassan Al-Banna wafat pada tanggal 12
Februari 1949.
Hassan al-Banna dikenal memiliki dampak yang besar dalam
pemikiran Islam modern. Dia adalah kakek dari Tariq Ramadan dan kakak Gamal
al-Banna. Untuk membantu menguduskan tatanan Islam, al-Banna menyerukan
melarang semua pengaruh Barat dari pendidikan dan memerintahkan semua sekolah
dasar harus menjadi bagian dari mesjid. Dia juga menginginkan larangan partai
politik dan lembaga demokrasi lainnya dari Syura (Islam-dewan) dan ingin semua
pejabat pemerintah untuk memiliki belajar agama sebagai pendidikan utama.
Hassan al-Banna melihat Jihad sebagai strategi defensif-Allah
ditahbiskan, yang menyatakan bahwa kebanyakan ahli Islam: "Setuju bulat
bahwa jihad adalah kewajiban komunal defensif dikenakan pada umat Islam dalam
rangka untuk menyiarkan panggilan (untuk memeluk Islam), dan bahwa adalah
sebuah kewajiban individu untuk menolak serangan orang-orang kafir atasnya.
" Namun, sebagai akibat dari orang-orang kafir memerintah negeri-negeri
Muslim dan merendahkan kehormatan Muslim: "Hal ini telah menjadi kewajiban
individual, yang ada adalah tidak menghindari, pada setiap Muslim untuk
mempersiapkan peralatan, untuk mengambil keputusan untuk terlibat dalam jihad,
dan untuk mendapatkan siap sampai kesempatan sudah masak dan Allah keputusan
suatu hal yang pasti akan dicapai"
Al-Banna tidak menerima klaim sebagai suara Hadis bahwa
semangat jihad adalah jihad yang lebih besar dan jihad pedang jihad kecil dan
ia memuliakan aktif jihad defensif: "kematian tertinggi hanya diberikan
kepada mereka yang membunuh atau yang gugur di jalan Allah Seperti kematian
tidak dapat dihindarkan dan bisa terjadi hanya sekali. mengambil bagian dalam
jihad adalah menguntungkan di dunia ini dan berikutnya." Visi al-Banna
pada aturan Jihad untuk umat dalam kutipan dari Lima Tracts Hasan al-Banna di
mana ia akan kembali ke aturan-Hanafi: "Jihad dalam arti harfiah berarti
untuk menempatkan sebagainya upaya maksimal seseorang dalam kata dan perbuatan,
dalam UU Suci itu adalah membunuh orang-orang kafir dan konotasi terkait
seperti memukul mereka, menjarah kekayaan mereka, menghancurkan tempat suci
mereka dan menghancurkan berhala mereka." dan "itu merupakan
kewajiban bagi kita untuk mulai bertengkar dengan mereka setelah transmisi
[undangan untuk memeluk Islam], bahkan jika mereka tidak memerangi kita."
8.
SAYYID
AHMAD KHAN
Sayyid
Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 oktober 1817. nenek moyangnya berasal
dari semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke Heart, Persia (Iran), karena
tekanan politik pada zaman dinasti umayyah. Dan menurut keterangan ia berasal
dari keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah bin Ali. Neneknya
Sayyid Hadi, adalah pembesar Istana dizaman Alamghir II (1754-1759). Ayahnya
bernama Al-muttaqi, seorang ulama yang saleh. Ia mendapat pendidikan
tradisional dalam pengetahuan agama. Selain bahasa arab, ia juga belajar bahasa
Persia dan sejarah. Ia orang yang rajin membaca dan selalu memperluas
pengetahuan dengan menelaah berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia
18 th, ia memasuki lapangan pekerjaan pada serikat India Timur. Kemudian
bekerja sebagai hakim. Di tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi. Ia pulang
kembali untuk meneruskan studi. Selain pekerjaan itu, ia juga amat cakap dalam
menulis dan mengarang. Salah satu karyanya yang mengantarkan namanya menjadi
terkenal adalah Ahtar Al-Sanadid.
Di
masa pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya
kekerasan, sehingga ia dikatakan telah banyak menolong orang inggris dan
dianggap telah banyak berjasa bagi mereka. Atas jasanaya tersebut, ia
dianugerahi gelar Sir di depan namanya, sedangkan hadiah yang diberikan dalam
bentuk lain ia tolak. Hubungan dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini
dipergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid
Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat
diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris telah merupakan
penguasa yang teruat di India dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa
kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan
akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindhu India.
Jalan
yang harus ditempuh umat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris
tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
9.
AHMAD
BIN HANBAL
Ahmad bin Hanbal (781 - 855 M, 164 - 241 AH) adalah
seorang ahli hadits dan teologi Islam. Ia lahir di Marw (saat ini
bernama Mary di Turkmenistan, utara Afganistan dan utara Iran) di kota Baghdad, Irak. Kunyah beliau Abu Abdillah lengkapnya: Ahmad bin
Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/ Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal dikenal juga sebagaiImam Hambali.
Ilmu
yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur’an hingga beliau hafal pada usia 15
tahun, beliau juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai
orang yang terindah tulisannya. Lalu beliau mulai konsentrasi belajar ilmu
hadits di awal umur 15 tahun itu pula. Beliau telah mempelajari Hadits sejak
kecil dan untuk mempelajari Hadits ini beliau pernah pindah atau merantau ke
Syam (Syiria), Hijaz,Yaman dan negara-negara lainnya sehingga
beliau akhirnya menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur'ah mengatakan bahwa kitabnya yang sebanyak
12 buah sudah belau hafal di luar kepala. Belaiu menghafal sampai sejuta
hadits.
Beliau
menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Ia
melahirkan dari istri-istrinya anak-anak yang shalih, yang mewarisi ilmunya,
seperti Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu
dari bapaknya
Beliau
menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-besarnya kitab
"Musnad" dan sebaik baik karangan beliau dan sebaik baik penelitian
Hadits. Ia tidak memasukkan dalam kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai
hujjah. Kitab Musnad ini berisi lebih dari 25.000hadits.
Di
antara karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh anaknya dari ceramah
(kajian-kajian) - kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga Kitab ash-Salat dan
Kitab as-Sunnah.
Setelah
sakit sembilan hari, beliau Rahimahullah menghembuskan napas terakhirnya di
pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada
umur 77 tahun. Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan
enam puluh ribu pelayat perempuan
10.
AL-FARABI
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi singkat Al-Farabiadalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam
beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan
Ibn Uzalah Al- Farabi , juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir. Kemungkinan lain adalah Farabi
adalah seorang Syi’ah Imamiyah (Syiah Imamiyah adalah salah satu aliran
dalam islam dimana yang menjadi dasar aqidah mereka adalah soal Imam) yang
berasal dari Turki.
Ayahnya
seorang opsir tentara Turki keturunan Persia,
sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Sejak dini ia digambarkan memiliki
kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang
dipelajari. Pada masa awal pendidikannya ini,
al-Farabi belajar al-Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu
agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan aritmatika dasar.
Al-Farabi muda
belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di Kazakhstan sampai umur
50. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20
tahun. Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad, yaitu kira-kira pada
tahun 920 M, al Farabi kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di utara Syria, dimana saat itu Harran merupakan pusat
kebudayaan Yunani di Asia kecil Ia kemudian belajar filsafat dari Filsuf
Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad
Tahun
940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan bertemu dengan Sayf al Dawla al
Hamdanid, Kepala daerah (distrik)Aleppo, yang dikenal sebagai simpatisan para
Imam Syi’ah. Kemudian al-Farabi wafat di kota
Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember 950 M) di masa pemerintahan
Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah)
Al-Farabi
adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa
berbahasa Yunani,
ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai
bidang sepertimatematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku
tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang
musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan
telah menciptakan bebagai alat music
Al-Farabi
dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam memahami
Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. Dia adalah
filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh
mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta
berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu
Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan
Sayf al Dawla [5] dan
di zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang
dipimpin oleh seorang Khalifah.[5] Ia
lahir dimasa kepemimpinan Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa
pemerintahan Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M) dimana periode tersebut dianggap
sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik. [1]
Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan
pemikiran-pemikiran dari para ahli Filsafat Yunani
seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba mengkombinasikan ide atau
pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah
negara pemerintahan yang ideal (Negara Utama). Selama hidupnya al Farabi banyak
berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat
ditinjau menjdi 6 bagian
1.
Logika
2.
Ilmu-ilmu Matematika
3.
Ilmu Alam
4.
Teologi
5.
Ilmu Politik dan kenegaraan
6.
Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
11.
AL-GHAZALI
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi
asy-Syafi'i (lahir di Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H;
umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang
dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan
Ia
berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama
Hamid.[rujukan?] Gelar beliau al-Ghazali
ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja
sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar
Thus, Khurasan, Persia (Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa beliau bermazhab
Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang
tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah
seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak
memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang
jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di
Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505
Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di
tempat kelahirannya.
Imam
al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat
dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat
kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam
al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan
segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan
kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai
pengembaraan, beliau telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara
selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang
luas seperti Mekkah, Madinah,Jerusalem,
dan Mesir. Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di
Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi
beliau telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan beliau
benci kepada sifat riya, megah, sombong, takabur, dan
sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara, zuhud, dan tidak
gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha Allah SWT
Pada
tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang
guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat
ini membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab
minatnya yang mendalam terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan mempelajari segala pendapat
keeempat mazhabhingga mahir dalam bidang yang dibahas
oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, beliau melanjutkan pelajarannya
dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan
Imam Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki
ketinggian ilmu, beliau telah dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiah
(sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) diBaghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau
dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa
tempat.
Seperti Mekkah,Madinah,Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di
sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau
menulis kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada
masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.
12.
AN-NAWAWI
Al-Imam al-Allamah
Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi atau lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i. Ia
lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus,
pada tahun 1233 dan wafat pada tahun 1278. Kedua tempat
tersebut kemudian menjadi nisbat nama beliau, an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia adalah
seorang pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits.
Imam Nawawi pindah ke Damaskus pada tahun 649 H dan tinggal
di distrik Rawahibiyah. Di tempat ini beliau belajar dan sanggup menghafal
kitab at-Tanbih hanya dalam waktu empat setengah bulan. Kemudian beliau
menghafal kitab al-Muhadzdzabb pada bulan-bulan yang tersisa dari tahun
tersebut, dibawah bimbingan Syaikh Kamal Ibnu Ahmad.
Semasa hidupnya beliau selalu menyibukkan diri dengan
menuntut ilmu, menulis kitab, menyebarkan ilmu, ibadah, wirid, puasa, dzikir,
sabar atas terpaan badai kehidupan. Pakaian beliau adalah kain kasar, sementara
serban beliau berwarna hitam dan berukuran kecil.
Sang
Imam belajar pada guru-guru yang amat terkenal seperti Abdul Aziz bin
Muhammad Al-Ashari, Zainuddin bin Abdud
Daim, Imaduddin bin Abdul
Karim Al-Harastani, Zainuddin Abul Baqa, Khalid bin Yusuf Al-Maqdisi An-Nabalusi dan Jamaluddin Ibn
Ash-Shairafi, Taqiyuddin bin Abul
Yusri, Syamsuddin bin Abu
Umar. Dia belajar fiqih hadits (pemahaman hadits) pada asy-Syaikh
al-Muhaqqiq Abu Ishaq Ibrahim
bin IsaAl-Muradi Al-Andalusi.
Kemudian belajar fiqh pada Al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin
usman Al-Maghribi Al-Maqdisi, Syamsuddin
Abdurrahman bin Nuh dan Izzuddin Al-Arbili serta guru-guru lainnya.
Karya:
§
Al-Majmu'
Syarh al-Muhadzdzab ,
panduan hukum Islam yang
lengkap.
§
Minhaj
ath-Thalibin.
§
Tahdzib
al-Asma .
§
Al-Arba'in
an-Nawawiyah .kumpulan
40 -tepatnya 42
§
Ma Tamas
Ilaihi Hajah al-Qari li Shahih al-Bukhari
tingkah
laku yang saat ini banyak digunakan di dunia Islam.
§
Tahrir
al-Tanbih .
§
Al-Adzkar ,kumpulan
doa Rasulullah.
§
At-Tibyan fi
Adab Hamalah al-Quran .
§
Adab al-Fatwa
wa al-Mufti wa al-Mustafti ..
§
At-Tarkhis bi
al-Qiyam ..
13.
IBNU
TAIMIYAH
Abul Abbas Taqiuddin
Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani atau yang
biasa disebut dengan nama Ibnu Taimiyah saja (lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661 H – wafat: 1328/20 Dzulhijjah 728 H),
adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki.
Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam,
yaitu Rasulullah Muhammad SAW danSahabat Nabi,
kemudian Tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung
para Sahabat Nabi, danTabi'ut tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung
para Tabi'in, adalah contoh yang terbaik untuk kehidupan Islam.
Ia berasal dari keluarga religius. Ayahnya Syihabuddin bin
Taimiyah adalah seorang syaikh, hakim, dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul
Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama
yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal Al Qur'an (hafidz).
Ibnu Taimiyah lahir di zaman ketika Baghdad merupakan
pusat kekuasaan dan budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam
tahun (tahun 1268),
Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya ke Damaskus disebabkan
serbuan tentara Mongol atas Irak.
Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya.
Begitu tiba di Damaskus, ia segera menghafalkan Al-Qur’an
dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, hafizh dan ahli hadits negeri
itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut
tercengang. Ketika umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai
ilmu ushuluddin dan mendalami bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ia
telah mengkaji Musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian Kutubu Sittah
dan Mu’jam At-Thabarani Al-Kabir.
Suatu kali ketika ia masih kanak-kanak, pernah ada seorang
ulama besar dari Aleppo, Suriah yang
sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat Ibnu Taimiyah yang
kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan
cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu
menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan
kepadanya beberapa sanad, iapun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan
menghafalnya, sehingga ulama tersebut berkata: "Jika anak ini hidup,
niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang
bocah sepertinya".
Sejak kecil ia hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para
ulama sehingga mempunyai kesempatan untuk membaca sepuas-puasnya kitab-kitab
yang bermanfaat. Ia menggunakan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar dan
menggali ilmu, terutama tentang Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.
Ia
adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang
telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Ia pernah berkata: ”Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah,
sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan
beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang
dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau
di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar
hingga terpenuhi cita-citaku.”
Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh
berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika),
khat (ilmu tulis menulis Arab),
nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga
dalam usia muda, ia telah hafal Al-Qur'an.
Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia
19, ia telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan.
Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam
menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan
Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia
memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam
mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang
luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir
atau ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil
mengomentari para filusuf . Sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah
(buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa karangannya mencapai lima ratus
judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah
fatwa fatwa dalam agama Islam
Ibnu Taimiyah wafatnya di dalam penjara Qal`ah Dimasyq
disaksikan oleh salah seorang muridnya Ibnul Qayyim, ketika beliau sedang membaca
Al-Qur an surah Al-Qamar yang berbunyi "Innal
Muttaqina fi jannatin wanaharin"[1] .
Ia berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari,
mengalami sakit dua puluh hari lebih. Ia wafat pada tanggal 20 DzulHijjah th.
728 H, dan dikuburkan pada waktuAshar di samping kuburan saudaranya Syaikh
Jamal Al-Islam Syarafuddin.
Jenazah ia disalatkan di masjid Jami`Bani Umayah sesudah
salat Zhuhur dihadiri para pejabat pemerintah, ulama, tentara serta para
penduduk.
14.
IBNU
QAYYIM AL-JAUZIYYAH
Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i,
al-Dimashqi bergelar Abu Abdullah Syamsuddin atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dinamakan karena ayahnya berada / menjadi
penjaga (qayyim) di sebuah sekolah lokal yang bernama Al-Jauziyyah.
Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 4 Februari 1292, dan meninggal pada 23 September 1350) adalah seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang hidup pada abad ke-13.
Ia adalah ahli fiqih bermazhab Hambali. Disamping itu juga seorang ahli Tafsir,
ahli hadits, penghafal Al-Quran,
ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.
Ibnu Qayyim berguru ilmu hadits pada Syihab an-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin
bin Sulaiman; berguru tentang fiqh kepada SyekhSafiyyuddin al-Hindi dan Isma'il bin
Muhammad al-Harrani; berguru tentang ilmu pembagian waris (fara'idh)
kepada bapaknya; dan juga berguru selama 16 tahun kepada Ibnu
Taimiyyah.
Beliau belajar ilmu faraidh dari bapaknya karena beliau sangat
menonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi
al-Fath al-Baththiydengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li
Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga
sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di
samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li
Ibni Ushfur.
Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu
Fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin
Muhammad al-Harraniy.
Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling
bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor
onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara.
Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi
berziarah ke kuburan para wali.
Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof
dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam firqahIslamiyah.
Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya,
pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya
mengenai hadits, makna hadits, pemahaman serta istinbath-istinbath
rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.
Begitu pula, pengetahuan beliau rahimahullah tentang ilmu suluk dan ilmu kalam-nya Ahli tasawwuf,
isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ia memang amat menguasai
terhadap berbagai bidang ilmu ini.
Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan
para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah
benar-benar menjadi murid beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang
telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah :
4.
Al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali
al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah
Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali
kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori olehra’yu-ra’yu
(pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah
(tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.
Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang
telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah
sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi)
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya
madzhab taqlid. Kendatipun beliau
adalah pengikut madzhab Hanbali,
namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan
mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan
madzhab-madzhab yang masyhur.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 18
Rajab tahun 751 Hijriyah. Ia dishalatkan di Mesjid Jami' Al-Umawi dan setelah
itu di Masjid Jami' Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir
15.
IBNU
KHALDUN
bnu Khaldun,
nama lengkap: Abu Zayd 'Abd
al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami lahir 27 Mei 1332/732H, wafat 19 Maret 1406/808H) adalah seorang
sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak
pendiri ilmuhistoriografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang
terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).
Bapak Ekonomi
Di antara sekian banyak pemikir masa lampau yang mengkaji
ekonomi Islam, Ibnu Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang paling menonjol.
Ibnu Khaldun sering disebut sebagai raksasa intelektual paling terkemuka di
dunia. Ia bukan saja Bapak sosiologi tetapi juga Bapak ilmu Ekonomi, karena
banyak teori ekonominya yang jauh mendahului Adam Smith dan Ricardo. Artinya,
ia lebih dari tiga abad mendahului para pemikir Barat modern tersebut. Muhammad
Hilmi Murad secara khusus telah menulis sebuah karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad :
Ibnu Khaldun. Artinya Bapak Ekonomi : Ibnu Khaldun.(1962) Dalam tulisan
tersebut Ibnu Khaldun dibuktikannya secara ilmiah sebagai penggagas pertama
ilmu ekonomi secara empiris. Karya tersebut disampaikannya pada Simposium
tentang Ibnu Khaldun di Mesir 1978.
Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia Barat
masih bersifat normatif, adakalanya dikaji dari perspektif hukum, moral dan
adapula dari perspektif filsafat. Karya-karya tentang ekonomi oleh para imuwan
Barat, seperti ilmuwan Yunani dan zaman Scholastic bercorak tidak ilmiah,
karena pemikir zaman pertengahan tersebut memasukkan kajian ekonomi dalam
kajian moral dan hukum.
Sedangkan Ibnu Khaldun mengkaji problem ekonomi masyarakat
dan negara secara empiris. Ia menjelaskan fenomena ekonomi secara aktual.
Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy, menuliskan poin-poin penting dari materi
kajian Ibnu Khaldun tentang ekonomi.
Ibn Khaldun membahas aneka ragam masalah ekonomi yang luas,
termasuk ajaran tentang tata nilai, pembagian kerja, sistem harga, hukum
penawaran dan permintaan, konsumsi dan produksi, uang, pembentukan modal,
pertumbuhan penduduk, makro ekonomi dari pajak dan pengeluaran publik, daur
perdagangan, pertanian, indusrtri dan perdagangan, hak milik dan kemakmuran,
dan sebagainya. Ia juga membahas berbagai tahapan yang dilewati masyarakat
dalam perkembangan ekonominya. Kita juga menemukan paham dasar yang menjelma
dalam kurva penawaran tenaga kerja yang kemiringannya berjenjang mundur,
Sejalan dengan Shiddiqy Boulokia dalam tulisannya Ibn
Khaldun: A Fourteenth Century Economist”, menuturkan :
Ibn Khaldun telah menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran
ekonomi fundamental, beberapa abad sebelum kelahiran ”resminya” (di Eropa). Ia
menemukan keutamaan dan kebutuhan suatu pembagian kerja sebelum ditemukan Smith
dan prinsip tentang nilai kerja sebelum Ricardo. Ia telah mengolah suatu teori
tentang kependudukan sebelum Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam
perekonomian sebelum Keynes. Bahkan lebih dari itu, Ibn Khaldun telah menggunakan
konsepsi-konsepsi ini untuk membangun suatu sistem dinamis yang mudah dipahami
di mana mekanisme ekonomi telah mengarahkan kegiatan ekonomi kepada fluktuasi
jangka panjang.
Lafter, penasehat economi president Ronald Reagan, yang
menemukan teori Laffter Curve, berterus terang bahwa ia mengambil konsep Ibnu
Khaldun. Ibnu Khaldun mengajukan obat resesi ekonomi, yaitu mengecilkan pajak
dan meningkatkan pengeluaran (ekspor) pemerintah. Pemerintah adalah pasar
terbesar dan ibu dari semua pasar dalam hal besarnya pendapatan dan
penerimaannya. Jika pasar pemerintah mengalami penurunan, maka adalah wajar
jika pasar yang lainpun akan ikut turun, bahkan dalam agregate yang cukup
besar.
S.Colosia berkata dalam bukunya, Constribution A L’Etude
D’Ibnu Khaldaun Revue Do Monde Musulman, sebagaimana dikutip Ibrahim
Ath-Thahawi, mengatakan, ”Apabila pendapat-pendapat Ibnu Khaldun tentang
kehidupan sosial menjadikannya sebagai pionir ilmu filsafat sejarah, maka
pemahamannya terhadap peranan kerja, kepemilikan dan upah, menjadikannya
sebagai pionir ilmuwan ekonomi modern .(1974, hlm.477)
Oleh karena besarnya sumbangan Ibnu Khaldun dalam pemikiran
ekonomi, maka Boulakia mengatakan, “Sangat bisa dipertanggung jawabkan jika
kita menyebut Ibnu Khaldun sebagai salah seorang Bapak ilmu ekonomi.”[1]
Shiddiqi juga menyimpulkan bahwa Ibn Khaldun secara tepat dapat disebut sebagai
ahli ekonomi Islam terbesar (Ibnu Khaldun has rightly been hailed as the
greatest economist of Islam)(Shiddiqy, hlm. 260)
Sehubungan dengan itu, maka tidak mengherankan jika banyak
ilmuwan terkemuka kontemporer yang meneliti dan membahas pemikiran Ibnu
Khaldun, khususnya dalam bidang ekonomi. Doktor Ezzat menulis disertasi tentang
Ibnu Khaldun berjudul Production, Distribution and Exchange in Khaldun’s Writing
dan Nasha’t menulis “al-Fikr al-iqtisadi fi muqaddimat Ibn Khaldun (Economic
Though in the Prolegomena of Ibn Khaldun).. Selain itu kita masih memiliki
kontribusi kajian yang berlimpah tentang Ibnu Khaldun. Ini menunjukkan
kebesaran dan kepeloporan Ibnu Khaldun sebagai intelektual terkemuka yang telah
merumuskan pemikiran-pemikiran briliyan tentang ekonomi. Rosenthal misalnya
telah menulis karya Ibn Khaldun the Muqaddimah : An Introduction to
History, Spengler menulis buku Economic Thought of Islam: Ibn Khaldun, Boulakia
menulis Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist, Ahmad Ali menulis
Economics of Ibn Khaldun-A Selection, Ibn al Sabil menulis Islami ishtirakiyat
fi’l Islam, Abdul Qadir Ibn Khaldun ke ma’ashi khayalat”, (Economic Views of
Ibn Khaldun), Rifa’at menulis Ma’ashiyat par Ibn Khaldun ke Khalayat” (Ibn
Khaldun’s Views on Economics) Somogyi menulis buku Economic Theory in the
Classical Arabic Literature, Tahawi al-iqtisad al-islami madhhaban wa nizaman
wa dirasah muqaranh.(Islamic Economics-a School of Thought and a System, a
Comparative Study), T.B. Irving menulis Ibn Khaldun on Agriculture”, Abdul
Sattar menulis buku Ibn Khaldun’s Contribution to Economic Thought” in:
Contemporary Aspects of Economic and Social Thingking in Islam.
Daftar Pustaka
Ragi, Sutomo. dkk. 2006. LKS Pelita Penuntun Belajar kreatif Agama Islam.
Bogor:
CV Aria Duta